Solo, kota budaya di Jawa Tengah, dikenal akan kekayaan kulinernya yang menggoda. Dari tengkleng, nasi liwet, hingga soto khas, semuanya punya cita rasa unik yang membekas di lidah. Tapi di antara semua pilihan yang menggoda, ada satu kuliner legendaris yang cukup kontroversial namun tetap jadi incaran banyak orang: soto jorok dengan daging menggantung tanpa tutup.
Meskipun tampilannya jauh dari kata steril, warung ini tetap laris manis, bahkan sering jadi jujugan wisatawan kuliner dari luar kota. Kenapa bisa begitu?
Tampilan yang Mengundang Tanya
Begitu masuk ke warung soto ini—yang lokasinya tersembunyi di gang sempit pinggiran Solo—pengunjung langsung disuguhi pemandangan yang… tidak biasa. Deretan daging sapi dan jeroan menggantung di dekat panci kuah panas, tanpa penutup, tanpa pendingin, hanya beralaskan baskom plastik dan kadang diiringi lalat beterbangan. Bau raja zeus slot online kaldu menyengat, bercampur aroma rempah dan lemak yang menggoda selera.
Bagi orang yang pertama kali datang, mungkin langsung ingin putar balik. Tapi bagi yang sudah tahu “rahasianya,” mereka tetap duduk tenang sambil menunggu semangkuk soto disajikan—dengan senyum puas.
Rasa yang Mengalahkan Segalanya
Begitu soto mendarat di meja, semua keraguan seolah menguap. Kuahnya bening tapi kaya rasa, penuh gurih kaldu dan rempah tradisional. Potongan dagingnya empuk, dengan tekstur khas yang hanya bisa didapat dari proses pengolahan tradisional dan perebusan lama. Tambahkan sambal, sejumput jeruk nipis, dan kecap, maka seporsi soto ini bisa bikin orang lupa pada standar higienitas.
Banyak pelanggan mengatakan bahwa rasa soto ini tidak bisa ditemukan di tempat lain. “Ada aroma khas yang keluar dari cara penyajiannya yang tradisional. Justru itu yang bikin nagih,” ujar salah satu pelanggan setia.
Antara Tradisi dan Tantangan Zaman
Soto ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, diwariskan dari generasi ke generasi. Pemilik warung mengaku tetap mempertahankan cara lama dalam memasak dan menyimpan bahan, karena itulah yang menurut mereka menjaga rasa otentik. “Kalau ditaruh di kulkas, daging jadi beda. Nggak empuknya kayak sekarang,” katanya.
Namun, seiring berkembangnya zaman, warung ini tak luput dari kritik, terutama dari generasi muda yang lebih sadar kesehatan. Beberapa netizen menyebutnya “soto jorok,” meskipun tetap mengaku sulit berpaling dari kelezatannya.
Makan dengan Risiko atau Pengalaman Unik?
Mencicipi soto legendaris ini memang bukan untuk semua orang. Bagi yang sangat peduli soal kebersihan, mungkin tempat ini jadi mimpi buruk. Tapi untuk para pencinta kuliner sejati dan pemburu rasa otentik, ini adalah pengalaman kuliner yang tak boleh dilewatkan.